Total Tayangan Halaman

Selasa, 02 Oktober 2012

PIK Mahasisw Sahabat IAIN Raden Intan


Strategi Dakwah Rasulullah Periode Madinah


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami maksud judul skripsi yang diajukan,  maka terlebih dahulu penulis akan jelaskan maksud judul skripsi ini, yaitu; “STRATEGI DAKWAH ROSULULLAH PADA PERIODE MADINAH”. Untuk itu perlu diuraikan pengertian dari istilah judul sebagai berikut:
Strategi adalah konsep atau upaya untuk mengerahkan dan mengarahkan  potensi dan sumber daya kedalam rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.[1]
Strategi yang dimaksud disini ialah langkah-langkah  yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara tertentu dan kebijaksanaan guna mencapai suatu tujuan atau untuk mengatasi suatu persoalan dengan mengarahkan potensi dan sumber daya yang ada oleh Rosulullah SAW dalam suatu kegiatan Dakwah.
Dakwah adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose), mendorong (to urge), dan memohon (to pray).[2]
Dakwah merupakan jalan menuju Islam, maksudnya adalah panggilan dari Allah SWT melalui Nabi Muhammad Saw. untuk umat manusia agar menganut ajaran Islam (agama), dengan cara beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Bersikap sesuai dengan garis-garis Aqidah dan Syariat serta Akhlak Islamiyah, Islam adalah Agama yang mencakup dan mengatur segala Aspek kehidupan manusia guna memperoleh ridho dari Allah SWT.
Adapun menurut A. Hasymi, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara kebijaksanaan kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akherat.[3]
Rosulullah adalah utusan Allah, yang dimaksud disini adalah diantara Nabi-Nabi yang diutus kemuka bumi ini yakni ribuan, dan yang wajib kita ketahui hanyalah 25 Nabi, dan yang diteliti disini adalah Rasulullah Muhammad SAW yang dilahirkan ditengah keluarga bani Hasyim di Makkah pada senin pagi, tanggal 9 Robi’ul-Awwal, permulaan tahun dari peristiwa gajah, atau bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 M  dan  merupakan nabi terakhir yang menjadi panutan umat hingga sekarang.
“Strategi dakwah” adalah metode, siasat, taktik atau manuver yang dipergunakan dalam aktifitas (kegiatan) dakwah.[4]
Strategi Dakwah Rosulullah adalah langkah-langkah pendekatan Rosulullah Muhammad SAW dalam mengajak manusia kepada jalan Allah SWT secara menyeluruh; baik dengan lisan maupun perbuatan-nya, agar terwujudnya nilai-nilai Islam dalam semua segi kehidupan secara menyeluruh.
Periode atau priod berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah Masa, waktu, ketika.[5] Dan Madinah adalah nama sebuah kota di jazirah Arab yang terletak dikawasan Hijaz; 24-28o Lintang Utara dan 39-36o Bujur Timur. Sebelum Islam datang, Madinah dikenal dengan sebutan “Yatsrib”.[6]
Periode Madinah yang dimaksud disini adalah pembatasan wilayah kajian yang akan diteliti, yang mana diketahui bahwa Dakwah Rosulullah SAW. Terbagi menjadi dua masa atau periode, yakni; periode Makkah, yang berjalan selama 13 (tiga belas) tahun, dan periode Madinah, yang berjalan selama10 (sepuluh) tahun. Jadi fokus perhatian dalam penelitian ini hanya pada periode madinah saja, tetapi tidak dipungkiri mungkin ada periode makkah yang akan dibahas itu tidak lebih hanya sekedar untuk menguatkan Fakta saja.
Sejarah perjuangan Nabi di Madinah tersebut akan menjadi sasaran penelitian guna mengungkap sejauh mana teori strategi dakwah yang dipeaktekkan oleh Rosulullah Saw dalam membangun masyarakat yang berpradaban tinggi (sekarang dikenal dengan istilah masyarakat madani).
Maksud dari judul ini adalah metode dan pendekatan dakwah yang dilakukan oleh Rosulullah SAW di kota Madinah dalam usaha mengajak manusia ke jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT.
Tujuan  dari  dakwah  Rasulullah  yaitu  untuk  menciptakan  suatu tatanan kehidupan yang  Islami dengan budi pekerti yang  luhur, khususnya di Madinah dan umat  Islam di setiap zaman pada umumnya. Di sini Rasulullah SAW telah  berhasil  mengubah  suatu  tatanan  masyarakat  pra-sejarah Islam (jahiliyah) menjadi masyarakat peradaban Islam atas dasar syariat Islam untuk kebahagiaan umat Islam baik di dunia maupun di akhirat.
B.     Alasan Memilih Judul
Ada beberapa alasan yang mendasari judul ini dipilih untuk dijadikan penelitian dan diangkat menjadi pembahasan dalam skripsi ini, yaitu:
1.      Strategi dakwah merupakan sistem dalam pelaksanaan dakwah, karena dengan melalui strategi dakwah kegiatan akan terarah dan terencana secara matang, metode kegiatannya dapat dirumuskan dalam bentuk program sesuai dengan kondisi yang ada sehingga dakwah senantiasa relevan dengan zamannya. Penggunaan strategi dalam pelaksaan dakwah dapat dievaluasi, sasarannya menjadi jelas, sehingga keberhasilan dakwah dari masa ke masa dapat diketahui sesuai dengan tahapan sasaran yang akan dicapai.
Kita ketahui Rosulullah Merupakan suri Tauladan yang tidak lekang oleh waktu yang Harus dicontoh kepribadiannya oleh semua umat muslim dan muslimat dan khususnya bagi para da’i dan da’iyah yang konsekwen di jalan Dakwah, sebagai penerus perjuangan Rasul dan para sahabat-nya, untuk tercapainya tujuan dakwah.
2.      Judul ini sangat relevan dalam rangka mengembangkan keilmuan Penulis, dikarenakan sesuai dengan study yang penulis ambil dijurusan Komunikasi Penyiaran Islam di Fakultas Dakwah, dan tersedianya literatur pendukung diperpustakaan-perpustakaan maupun buku-buku koleksi pribadi guna penyelesaian skripsi.

C.    Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan agama Dakwah, yang mana Islam tidak akan berkembang dan mungkin saja hilang jika dakwah tidak berjalan, dakwah merupakan tugas dan tanggung jawab kita (laki-laki dan perempuan) yang mengaku diri beragama Islam.
Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi;
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ  
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.(QS: Al-Imron : 110).[7]

Kewajiban berdakwah untuk menyebarkan ajaran Islam adalah tanggung jawab kita sebagai umat Islam di manapun berada. Lewat seruan itu, umumnya umat Islam dan khususnya para Da’i dituntut membuat perubahan dalam segala bidang sehingga menjadi situasi yang lebih baik.
Dakwah adalah upaya setiap muslim untuk merealisasikan fungsi kerisalahan dan fungsi kerahmatan. Fungsi kerisalahan berarti meneruskan tugas Rasulullah SAW, yang patut dijadikan suri tauladan dalam segala budi pekertinya di setiap nafas zaman. Berkat jasa-jasa perjuangan dakwahnya menyebarkan agama Islam benar-benar membawa rahmat bagi seluruh alam, dan membawa tatanan dunia baru yang tentram dan damai.
Dakwah memerlukan pengorbanan tanpa mengharapkan imbalan dan hasil yang segera, tanpa putus asa. Individu yang melaksanakan dakwah akan mendapat kehidupan yang berkah dalam ridha Allah dan mendapat kecintaan Allah, memperoleh rahmat Allah serta akan menerima pahala yang berlipat ganda sebagai balasannya, karena dakwah merupakan amal terbaik yang dapat memunculkan potensi diri dan memelihara keimanan yang kita dimiliki.
Islam  sebagai  suatu  nilai-nilai  yang mengatur  hidup  dan  kehidupan manusia dalam  segala  aspeknya  dan  bukan  Islam  yang  dipahami  sebatas  simbol  dan ritual peribadatan semata.
Penulis tertarik  dari  dakwah  Islamiyah  Rasulullah  SAW pada masa peradaban Islam adalah adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam menyampaikan  agama  Islam. Melalui  tahapan-tahapan  inilah  (tahapan dakwah  periode Madinah)  Rasulullah  SAW  membangun pemerintahan  Islam  yaitu  mengubah  susunan  masyarakat  dari  susunan masyarakat  prasejarah  Islam  ke  masayarakat  Islam  yang  bersistem  keadilan sosial dan berdasarkan syariat Islam. Dari tahapan-tahapan ini tampak strategi dakwah yang  tepat yang bisa dijadikan model untuk mencapai  tujuan dakwah Islamiyah.
Dalam  merefleksikan  kepemimpinan  umat  Islam,  figur  ideal kepemimpinan  Rasulullah  SAW  ditampilkan  sebagai  sendi  dan  sistem kepemimpinan  yang  tetap  relevan  dan  penuh  teladan.  Di  tengah  krisis  kepemimpinan  manusia  di  dunia  hampir  setiap kepemimpinan menimbulkan  konflik  yang  berkepanjangan  dan  jatuhnya  korban  manusia. Tidak  hanya  itu  tata  nilai  dan  sistem  kepemimpinan  yang  lebih  sarat kepentingan  dan  manipulasi  semakin  mengaburkan  kepercayaan  umat sekaligus kehilangan pegangan moral dan nasibnya.
Dewasa ini manusia hidup dalam suatu zaman yang penuh dengan citra masyarakat yang  terus berubah sebagai hubungan manusia yang  bergerak  cepat  ditambah  dengan  kondisi masyarakat  modern yang  mengalami  perubahan  karakter  karena  masuknya  budaya-budaya  barat (westernisasi)  yang  masuk  ke  Indonesia,  dan  adanya  penyelewengan-penyelewengan  nilai-nilai  Islam.  Semakin  hari  tantangan  realita  kehidupan yang dihadapi umat Islam semakin banyak. Bentuknya pun beragam dari urusan individu sampai masalah politik, sosial, ekonomi,  konflik  ideologi.  Krisis  multidimensi  yang  dialami  menimbulkan bebagai  konflik,  hampir  dalam  semua  segi mengalami  kemunduran. Hal  ini dapat dilihat dari berbagai sisi, misalnya dari sisi politik mereka terjajah, dari segi  ekonomi  mereka  marjinal,  dalam  masalah  pendidikan  dan  ilmu pengetahuan  masih  tertinggal,  serta  dalam  aspek  sosial  budaya  masih mengekor  pada  kehidupan  barat  dan  dari  segi  kefahaman  terhadap  ajaran Islam sendiri mereka masih jauh dari memadai.
Dengan  berbagai  masalah  tersebut,  kebenaran  Islam  mendapat tantangan  untuk memberikan  solusi  yang  tepat  terhadap  persoalan  ini  dapat terselesaikan  jika  umat  Islam  bisa  memahami  eksistensi  agamanya  menuju jalan  Allah  SWT,  dan  mampu  meneladani  sejarah  perjuangan  Rasulullah SAW terlepas dari sifat kemungkaran.
Dengan mengulas  sejarah  perjuangan Rasululah  dalam  dakwah  Islam merupakan  jawaban  yang  dibutuhkan  yang  kemudian  dapat  diambil hikmahnya, karena  tujuan dari misi dakwah  Islamiyah  ialah mencegah segala kemunkaran atau kebatilan.
Menurut Syaikh Shafiyyurrahman terdapat 2 Periode  dakwah yang dilakukan Rosulullah Saw yaitu:
a.       Periode  yang  pertama di Mekah (Selama 13 tahun),  Rasulullah membentuk pribadi muslim dari pengaruh masa  jahiliyah  (pra sejarah Islam), dan
b.      Periode  kedua di Madinah (selama 10 tahun),[8]  dengan  pribadi  muslim  yang  sudah terbentuk,  rasulullah  mulai  membangun  sebuah  pemerintahan  masyarakat Islam  yang  bersistem  keadilan  sosial  dan  berdasarkan  syariat  Islam  dengan akta  Piagam  Madinah  sebagai  undang-undang  yang  mengatur  kehidupan masyarakatnya yang plural (majemuk).
Rasulullah Saw  telah membangun pemerintahan  Islam di Madinah di mana  masyarakatnya  mempunyai  latar  sosial  budaya  yang  sangat  plural (majemuk). Penduduknya terbagi ke dalam kelompok-kelompok etnik, ras dan agama  yang  berbeda.  Kemajemukan  tersebut  terlihat  pada  komposisi penduduk Madinah yang didomisili oleh berbagai golongan suku bangsa Arab dan bangsa Yahudi yang menganut agama dan keyakinan yang berbeda. Ada empat golongan dominan  saat  itu, yaitu:
a.       Kaum Muslimin yang  terdiri dari Muhajirin  dan  Ansor,
b.      Golongan  Aus  dan  Khazraj  dengan  keislamannya masih dalam  tingkat nominal bahkan ada yang secara rahasia memusuhi Nabi (kaum munafik  dan musyrik),
c.       Golongan  Aus  dan  Khazraj  yang menjadi muslim,
d.      Golongan  Yahudi  yang  terdiri  dari  tiga  suku  utama  yaitu  Banu Qainuqa,  Banu  Nadzir  dan  Banu  Quraidhah.  Pada  umumnya  faktor  ini mendorong  konflik  yang  tidak  tidak  mudah  diselesaikan[9]. 
Judul  ini memuat persoalan yang  terjadi pada masa Nabi Muhammad Saw di Madinah, diawali  dengan  sekilas  riwayat  hidup  Nabi  sampai  tekad perjuangan dakwah yang  tidak pernah  luntur karena halangan atau  rintangan. Dalam mendakwahkan agama  Islam, Nabi Muhammad menggunakan strategi dakwah dan hijrah demi  terwujudnya  tujuan dakwah. Kemudian dibuat suatu akta yang disebut Piagam Madinah untuk mengatur dan mempersatukan umat atau masyarakat  yang majemuk.  Kemudian  diakhiri  dengan pembahasan kesuksesan nabi Muhammad sebagai pemimpin pemerintahan. Di mana  letak  kunci  suksesnya?  Dimana  kunci  sukses  kepemimpinan  Nabi Muhammad  Saw  ini masih  relevan  untuk  diteladani  setiap  zaman  bahkan  di Indonesia pada era globalisasi ini.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah penulis ungkapkan di latar belakang diatas, maka yang akan menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana strategi dakwah Rasulullah di Madinah?
2.      Bagaimana kunci sukses dakwah  Rosulullah SAW di Madinah ?

E.     Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah diterapkan, oleh karena itu penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk mendapatkan kejelasan tentang perjalanan dakwah Islamiyah Rasulullah SAW periode Madinah.
2.      Untuk mengetahui Strategi Dakwah Rosulullah SAW Pada priode Madinah.
3.      Untuk mengetahui kunci sukses dakwah Rasulullah SAW dalam memimpin umat di Madinah.

F.     Metodelogi Penelitian
Menurut Kartini Kartono, metodelogi berasal dari bahasa yunani yaitu metodos yang berarti “berjalan sampai” dan logos yang berarti “ilmu”. Jadi metodelaogi berarti ajaran atau ilmu menguasai metode yang digunakan dalam penelitian.[10]
Sedangkan menurut Winarno Surachmad, metodelogi adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya, untuk mengkaji serangkaian hepotesis dalam menggunakan teknik dan alat-alat tertentu.[11] Selanjutnya, yang dimaksud dengan metodelogi penelitian disini adalah cara atau jalan yang dipergunakan dalam suatu penelitian dalam rangka mencapi tujuan.
Penelitian skripsi ini menggunakan metode atau jenis penelitian kepustakaan (literatur) karena tulisan-tulisan ini ditulis dalam waktu yang berbeda dan pada media forum yang berbeda pula. Penelitian pustaka adalah penelitian yang menelaah bahan pustaka atau buku-buku yang berkaitan dengan topik pembahasan.
1. Sumber Data
Sumber data menurut sifatnya dapat digolongkan menjadai dua,  yaitu meliputi :
a.       Sumber data primer, yaitu sumber-sumber yang memberikan data langsung dari tangan pertama.
b.       Sumber data sekunder, yaitu sumber yang mengutip dari sumber lain. Maka dalam penelitian ini, peneliti, memperoleh data yang diperlukan dari sumber data sekunder yaitu ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits nabi yang terdapat dalam satu kitab yang berbicara mengenai dakwah serta buku-buku yang dibahas oleh para ahli dakwah yang mengulas masalah tersebut seperti  Syirah Nabawiyah, Manajemen Dakwah, Ilmu Dakwah, fiqh dakwah, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Kunci Sukses Petugas Dakwah, planning dan organisasi dakwah Rasulullah SAW, psikologi dakwah, Komunikasi Dakwah, Islam dan Tatanan Negara, dan lain sebagainya.

2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan dengan  prosedur sebagai berikut :
a.       Menentukan data yang digunakan dalam penelitian ini.
b.      Melacak sumber data kemudian membaca dan mencatat tulisan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
c.       Catatan di atas diklasifikasikan disusun berdasarkan masalah yang akan diteliti.[12]

3. Metode Analisa Data
Analisa data merupakan proses penyelenggaraan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menganalisa data adalah analisa deskriptif, yakni dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.
Menurut Isaac dan Michail metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis suatu peristiwa atau siatuasi secara faktual dan cermat.[13]
Setelah data-data diperoleh, kemudian diolah, dipaparkan dan dianalisa dengan menggunakan alur pemikiran, yaitu:
a.       Metode Historis artinya berhubungan dengan sejarah, dan sejarah merupakan studi tentang masa lalu dengan menggunakan kerangka paparan dan penjelasan. Sejarah adalah studi empiris yang menggunakan berbagai tahap generalisasi untuk memaparkan, menafsirkan dan menjelaskan data.[14]
Metode historis adalah Metode ilmu dakwah dengan menggunakan pendekatan ilmu sejarah. Maksudnya realitas dakwah dilihat dengan menekankan pada semua unsur dalam sistem dakwah dalam perspektif waktu dan tempat kejadian. Dengan metode ini fenomena dakwah dapat dideskripsikan secara komprehensif dan utuh.
Sehingga metode historis bertujuan untuk merekonstruksikan masa lalu secara sistematis dan obyektif dengan mengumpulkan, menilai, memverifikasi dan menyintesiskan bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dipertahankan dalam menguji hipotesis.
b.      Metode deduktif adalah pola pikir yang bermula dari masalah yang bersifat umum ditarik kesimpulan kepada yang bersifat khusus.
c.       Metode induktif adalah pola pikir yang bermula dari masalah yang bersifat khusus ditarik kesimpulan kepada yang bersifat umum.[15]
Disini penulis mencoba menggunakan ketiga metode tersebut dalam melakukan proses analisa, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan, terkadang diawali dengan menggunakan sejarah-sejarah global dakwah Islam Rasulullah SAW untuk kemudian dilakukan penjabaran pada hal-hal yang bersifat khusus, terkadang juga diawali dengan sejarah khusus Rasulullah SAW kemudian diawali sebuah conclusi yang bersifat umum.



[1] M. Solly Lubis, Umat Islam dalam Globalisasi, Gema Insani Perss, Jakarta, 1997, h. 45
[2] Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Pustaka Progresif, Surabaya, 1994, h. 439
[3] A. Hasymi Dustur, Dakwah Menurut Al-Qur’an, Pt. Bulan Bintang, Jakarta, 1974, h. 1
[4] Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Pt.Al-Ikhlas, Surabaya, 1983, h. 32
[5] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pt. Balai Pustaka, 1984, h. 717
[6] Abdul Adzim Irsad, Madinah: Keajaiban dan Keagungan kota Nabi, Pt.A+Plus Books, Djogjakarta, 2009, h. 25
[7] Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Pt. Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2002,  h.65
[8] Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarrokfuri, Ar-rahikul Makhtum, Bathsun Fis-sirah An-Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhalish Shalati Was-salam, Khatur Suhardi, Syirah Nabawiyah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, cetakan ke-33, 2010, h. 69
[9] Ibid., h. 197-201
[10]Kartini Kartono, Pengantar Metodelogi Recearch, Alumni, Bandung, 1990, hlm. 20
[11]Winarno Surachmad, Pengantar pnelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik, Tarsito, Bandung, 1980, hlm.131
[12] Jalaluddin Rahmat M.SC, Metode penelitian Komunikasi, Pt.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, h. 23
[13]Op. cit., h.24
[14]Ibid., h. 22
[15]Sutrisno Hadi, Statistik 1, Andi Offset,Yogyakarta, 1988, h.42